
Alkisah suatu siang, ketika hendak pulang dari kantor, seperti biasa saya cari makan disebuah rumah makan terdekat di kantor saya. Ntah kenapa rasanya siang itu saya tidak ada selera sedikitpun ingin makan nasi. Lalu saya putuskan untuk makan mie ayam (red: salah satu jajanan favorit saya). Begitu sampai di tempat saya makan mie ayam, kelihatan beberapa orang sedang gelisah karena mungkin terlalu lama mengantre. padahal yang ngantre saat itu hanya 3 atau 4 orang saja. saya coba melihat sejenak sembari meletakkan sepeda motor saya, ada apa gerangan? saya melihat muka-muka lesu dari si pengantree tadi. Alamak,...saya pun terperangak ketika melihat si penjualnya dengan asyik melayani si pembeli sambil menelpon menggunakan hadset. Saya tidak segera pergi dari tempat itu ketika melihat pelayanannya seperti itu. saya penasaran dan tetap melanjutkan rencana untuk makan disitu walaupun ada satu orang yang mengantree tadi kelihatan kesal dan tidak jadi membeli. Saya duduk dekat ibu-ibu yang memang sedang "hot" membicarakan tingkah laku si pelayan sambil menyantap mie yang sudah di hidangkan. Lalu apakah yang terjadi kemudian?
Saya coba mengamati, mengapa si pelayan tadi bertingkah lalu seperti itu? ternyata saya lihat dia hanya sendiri dan pelayan tersebut adalah orang baru. tak seperti biasanya yang ditemani oleh beberapa orang termasuk kasir yang empunya kedai tersebut. hmm.."mungkin karena si boss tidak ada di tempat, makanya dia bisa bertingkah laku seperti itu", pikir saya. Saya pun menunggu cukup lama, hampir juga emosi saya keluar. bahkan setelah menunggu beberapa lama pun, saya masih di tanyain oleh si pelayan. "tadi mas yang pesen mie ayam bakso ya?".. arrgghh..(lumayan kesal juga sama tuh pelayan). Dengan mas sabar saya menunggu, akhirnya datang juga pesanan saya. Ketika semua sudah siap untuk di santap, kembali saya di hebohkan oleh menu yang dihidangkan tadi. ini benar-benar membuat kesebaran saya teruji. Mie ayam yang saya pesan rasanya seperti mie + sayur + air putih panas + ayam + bakso (hambar coy). dan yang lebih gilanya lagi, bakso yang diberi bukan bakso yang sudah di kukus, tapi bakso yang masih agak mentah (baru beli dari pasar kali). rasanya ntah gimana.
Kali ini saya tidak tinggal diam, kebetulan datang si empunya kedai. langsung saya kasih tau bahwa menunya tidak sesuai dengan yang saya pesan, rasanya hambar, dan baksonya terasa masih mentah. huaaa....ternyata si empunya marah besar kepada si pelayan. kalau saya tangkap dari omelan si empunya kedai, kejadian itu bukan sekali ini saja. si empunya benar-benar marah besar, sampai di ancam akan di phk jika tidak bisa merubah sikap. nah ternyata saya tau, bahwa si pelayan tersebut punya hobi nelpon berlama-lama. eh..akhirnya mie saya diganti dan saya dikasih gratis...(maaf ya pelayan, saya terpaksa harus begitu, demi kebaikan kalian juga).
Nah, begitulah ceritanya, kita tidak boleh menyepelekan pelanggan yang memang merupakan rezeki kita. kalau kita menyepelekan pelanggan atau konsumen itu sama saja kita menyepelekan rezeki yang tuhan berikan. Usahakan untuk dapat profesional dalam memberikan pelayanan, ingat..pelanggan itu omset. jadi layani dia dengan sepenuh hati. Dari kisah diatas jelas, bahwa satu orang (red:rezeki) sudah batal membeli. kan sayang..!
Mantabnya, walaupun kita hanya sebagai seorang pelayan, berikanlah pelayanan yang memuaskan bagi si pelanggan, dari mulai datang dengan senyum yang ramah sampai dengan pulang dan ucapan terimakasih. Pertahankan pelanggan kita. terutama untuk pebisnis kuliner, biasanya sekali saja kita mengalami kekecewaan, akan dengan mudah menyebar seperti virus kepada semua orang, dan efeknya akan menurunkan pendapatan. jadi, harap semua waspada, jangan menelpon dengan handphone terlalu lama. [surya/sp]
Tinggalkan Komentar dan mari kita saling menjaga silahturahmi, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat..aminn
EmoticonEmoticon